Resensi Novel “Keajaiban Toko Kelontong Namiya”

Meskipun hanya sebuah toko kelontong, namun ternyata ada orang-orang yang mengirimkan surat ke toko kelontong tersebut. Meminta saran.

Hendy Eka Putra
Komunitas Blogger M
6 min readJan 6, 2024

--

Akhirnya ini merupakan tulisan pertama yang aku buat di awal tahun 2024. Tak kusangka bakal secepat ini aku akan memulai menulis kembali di tahun 2024, mengingat jumlah tulisan yang telah aku buat di tahun 2023 lalu. Semoga ini menjadi awal yang baik untuk menuliskan ide-ide lainnya di tahun 2024.

Kali ini aku akan menuliskan sebuah ulasan/review buku novel yang sebenarnya sudah aku beli kira-kira antara di bulan Agustus atau September di tahun 2023. Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan membacanya karena kesibukan yang melenakan. Seingatku buku ini sudah mulai kubaca tak lama setelah aku membelinya. Namun aku baru benar-benar melanjutkan untuk membacanya kembali di akhir tahun 2023.

Novel ini kutemukan secara tidak sengaja — dan tidak niat — saat aku mencari buku di toko buku. Bukan buku novel yang kucari pada saat itu. Bukan pula buku pengembangan diri atau self development. Aku lupa buku apa yang aku cari saat itu, mungkin ada sekitar 2 buku yang aku cari, namun setelah berkeliling ternyata buku-buku tersebut tidak ada di toko tersebut.

Daripada aku langsung memutuskan untuk pulang, kuyakinkan diri untuk berkeliling sekali lagi di bagian buku novel. Barangkali bakal ada novel yang akan menarik perhatianku saat itu. Karena tidak niat, saat itu pula aku tidak tidak terlalu banyak berharap untuk membawa satu pun buku. Akhirnya aku memutuskan untuk menengok ke deretan buku bestseller, hanya sekedar untuk mengetahui buku-buku apa saja yang saat itu masuk deretan bestseller.

Saat itu kedua seri novel Funiculi Funicula masih bertengger diantara buku-buku bestseller lainnya. Jujur saja saat itu aku merasa cukup bangga karena sudah pernah membacanya — Kamu bisa membaca review novel seri pertama dan kedua Funiculi Funicula dalam tulisanku yang sebelumnya — Saat itu mataku tertuju pada satu novel yang berjudul “Keajaiban Toko Kelontong Namiya”. Langsung saja saat itu aku mencari sekali lagi di bagian novel untuk mencari buku ini.

Setelah menemukan novelnya, seperti biasa aku langsung melihat sinopsis di bagian belakang buku atau novel yang menarik perhatianku.

Resensi Novel “Keajaiban Toko Kelontong Namiya”
Sampul depan novel “Keajaiban Toko Kelontong Namiya” (Sumber gambar: Gramedia)

“Ketika tiga pemuda berandal bersembunyi di toko kelontong tak berpenghuni setelah melakukan pencurian, sepucuk surat misterius mendadak diselipkan ke dalam toko melalui lubang surat.

Surat yang berisi permintaan saran. Sungguh aneh.

Namun, surat aneh itu ternyata membawa mereka dalam petualangan melintasi waktu, menggantikan peran kakek pemilik toko kelontong yang mnghabiskan tahun-tahun terakhirnya memberikan nasihat tulus kepada orang-orang yang meminta bantuan.

Hanya untuk satu malam.

Dan saat fajar menjelang, hidup ketiga sahabat itu tidak akan pernah sama lagi…”

Wow… aku menemukan novel mengenai perjalanan lintas waktu lagi” pikirku saat itu.

Kenapa tiga pencuri ini yang harus tercantum di dalam sinopsis buku ini?

Apakah novel ini memiliki ‘universe’ yang sama seperti Funiculi Funicula?

Setidaknya itulah yang aku pikirkan begitu selesai membaca sinopsis novel ini. Singkat cerita aku pulang membawa satu novel ini.

Saat kubuka beberapa lembar awal, ternyata buku ini dibuat oleh Keigo Higashino yang merupakan salah satu pengarang paling populer di Jepang. Beliau lebih dikenal dengan karya bergenre misteri, namun juga mengarang genre lainnya termasuk fantasi.

Novel ini memiliki judul asli “Namiya Zakkaten no Kiseki”. Dengan tebal 400 halaman atau sekitar 20 cm, novel ini memiliki daftar isi yang menerangkan akan ada 5 bab yang harus dibaca.

Kisah pun dimulai ketika ketiga pemuda — yang bernama Shota, Kohei, dan Atsuya — mencari sebuah bangunan untuk berlindung karena mobil yang mereka bawa mogok di tengah jalan dan di tengah malam. Seperti yang diterangkan dalam sinopsisnya, ketiga pemuda ini ternyata merupakan pencuri yang sedang melarikan diri menggunakan mobil yang ternyata juga merupakan hasil curian — apes sekali nasib mereka.

Mereka akhirnya memutuskan berjalan kaki untuk mencapai bangunan yang sudah ditetapkan sebagai rute pelarian mereka. Bangunan yang tidak seberapa besar itu berbentuk rumah khas Jepang. Bangunan itu juga memiliki papan nama toko yang secara samar bertuliskan “Toko Kelontong …”.

Singkat cerita ketika mereka lapar, mereka berinisiatif untuk mencari makanan yang ada di dalam toko kelontong tersebut. Mereka juga mencari semacam terpal yang bisa dijadikan alas istirahat untuk mereka. Ketika menemukan terpal dan ingin mengambilnya, Atsuya mendengar suara samar di belakangnya.

Suara samar itu berasal dari amplop yang jatuh ke dalam kardus yang ditaruh didekat pintu. Sontak saja hal ini membuat jantungnya berpacu cepat, karena ia mengira bahwa mereka sudah dikepung oleh polisi. Ia pun memeriksa kondisi disekitar toko tersebut dan yang ia lihat hanyalah gelap gulita.

Aneh.

Siapa yang mengirimkan surat di tengah malam ke sebuah toko kelontong?

Ia pun akhirnya menemui kedua rekan pencurinya yang lain sambil membawa amplop tersebut. “Kelinci Bulan”. Begitulah yang tertulis dibagian belakang amplop itu. Kedua pencuri lainnya pun bertanya apakah amplop itu sudah lama berada disana atau tidak. Tetapi Atsuya yang menemukan amplop ini mengatakan bahwa amplop ini baru saja dimasukkan ke toko tersebut lewat lubang surat. Tetapi ketika dibuka, surat yang berada di dalam amplop itu bukan ditujukan untuk mereka. Namun ditujukan kepada pemilik toko kelontong tersebut.

Semakin aneh.

Secara singkat, isi surat tersebut adalah seorang wanita yang menggunakan nama samaran “Kelinci Bulan” yang meminta saran kepada Toko Kelontong Namiya bahwa ia adalah seorang atlet anggar Jepang yang akan dikirim untuk mengikuti olimpiade. Kelinci Bulan ini telah berlatih keras untuk bisa ikut olimpiade serta telah didukung oleh kekasihnya. Namun ditengah usahanya saat latihan, Kelinci Bulan mendengar bahwa tiba-tiba kekasihnya jatuh pingsan.

Saat Kelinci Bulan mendengar apa penyebabnya, ternyata kekasihnya telah mengidap kanker. Hal ini tentu membuat pikiran Kelinci Bulan terpecah. Dia bingung apakah harus tetap meneruskan usahanya untuk mengikuti olimpiade atau tetap bersama kekasih hingga akhir hayat sang kekasih. Sejatinya Kelinci Bulan sudah menyampaikan usul bagaimana kalau ia mundur dari olimpiade demi menemani sang kekasih. Namun ketika melihat raut sedih dari wajah kekasih dan memberitahu Kelinci Bulan untuk terus bekerja keras untuk olimpiade, dia sampai di puncak kebingungan.

Di tengah-tengah kegelisahannya, Kelinci Bulan mendengar kabar burung mengenai Toko Kelontong Namiya dan meminta saran apa yang harus ia lakukan di situasi ini.

Ternyata ketiga pencuri ini baru mengetahui bahwa toko kelontong ini bukanlah toko kelontong biasa. Toko ini mendapatkan reputasinya karena setiap ada seseorang yang menulis surat untuk berdiskusi mengenai masalah yang sedang dihadapi dan memasukkannya ke lubang surat di pintu toko, maka surat balasannya akan ditemukan di kotak penyimpanan botol susu sapi yang ada di belakang toko keesokan harinya.

Singkat cerita, mereka pun membalas surat dari Kelinci Bulan tersebut dan meletakkannya di kotak penyimpanan botol susu sapi. Saat salah satu pencuri ingin mengambil kembali surat balasan tadi, ternyata surat tersebut sudah diambil oleh seseorang. Padahal di saat itu tengah malam dan juga tidak ada orang yang melintas di sekitar toko kelontong tersebut…

Tak lama kemudian salah satu pencuri ini datang dengan raut wajah yang pucat dan menyodorkan sebuah amplop…

Resensi Novel “Keajaiban Toko Kelontong Namiya”
Photo by Kate Macate on Unsplash

Ternyata isi amplop yang ditemukan itu adalah surat balasan dari Kelinci Bulan…

“Bagaimana bisa Kelinci Bulan membalas surat tersebut sedemikian cepat?”

Merasa ada sesuatu yang janggal di toko kelontong ini, mereka bertiga pun menelusuri kejanggalan yang terjadi di toko kelontong tersebut.

Pertama, mereka menemukan fakta bahwa Kelinci Bulan ini hidup di zaman yang berbeda. Karena salah satu balasan surat dari Kelinci Bulan, dia menyatakan bahwa dia tidak mengerti apa itu “Keitai” atau ponsel. Padahal ponsel merupakan alat komunikasi yang sudah lumrah dipakai.

Kedua, ketika berada di dalam toko kelontong aliran waktu tidak berjalan normal.

Ketiga, lubang surat di pintu gulung dan kotak botol susu adalah penghubung ke masa lalu.

Di dalam novel ini, setiap bab akan saling berkaitan dengan bab sebelumnya. Bahkan mendekati akhir cerita akan ada kejutan yang tidak disangka-sangka jika kamu membacanya hingga akhir.

Novel “Keajaiban Toko Kelontong Namiya” (Sumber gambar: Dok. pribadi)

Menurutku kualitas terjemahan novel ini sudah bagus, karena tidak ada kalimat-kalimat yang membuatmu bingung. Sehingga bisa menikmati alur ceritanya dari awal hingga selesai.

Di dalam novel ini, kamu akan menemukan bagaimana sebuah ketulusan dalam membalas surat yang dapat mengubah mereka menjadi pribadi yang lebih baik. Meskipun yang membalas suratnya adalah pencuri.

Secara tak langsung aku juga menyimpulkan bahwa mendengarkan dengan antusias dan saksama dapat memahami sedikit perjalanan hidup orang yang sedang menyampaikan keluh kesahnya dengan kita.

Kamu suka konten seperti ini? Rasanya senang banget bisa didukung untuk berbagi sekaligus berkarya. Kamu bisa memberiku semangat yang lebih dengan memberikan tip melalui tautan ini ya.

--

--

Hendy Eka Putra
Komunitas Blogger M

You will read a small part of my overthinking thoughts also what I read and studied